Ripiu Film "The Wall"

Yo yo yo, hallo semua para pembaca blogku dimanapun kalian berada. Salam jumpa dihalaman blog ini. Gimana kabar kalian?? Semoga dalam lindungan Yang Maha Kuasa ya ges 👍👍

So, dipostingan pertamaku ini, aku bakal ngereview salah satu film yang bisa dilang cukup lama, tapi bisa dibilang cukup baru juga. Nah loh, pusing nggak tuh? Tenang, nggak usah pusing, nggak usah bingung. ada Panadol solusinya (mantap.. Besok bayar ya dol 👍👍)

Judul filmnya udah ada dijudul postingan ini. Kira - kira udah ada yang pernah nonton? Masih ingat filmnya kayak gimana? Kalau kalian lupa ini poster filmya.



Nah gimana? Udah ingat filmnya? Kalau masih belum ingat, siap - siap didatangi bang Rhoma Irama dan dibisikin TERLALU.

Film "The Wall" adalah film yang rilis pada tahun 2017. Disutradarai oleh Doug Liman yang udah pernah ngerjain beberapa film terkenal seperti The Bourne Identity, Mr & Mrs. Smith, Jumper, dan Edge Of Tomorrow. Film ini adalah salah satu film favoritku. Kenapa? Karena ada beberapa keunikan dari film ini yang membuat aku sebagai salah satu orang yang punya hobi nonton film tercengang. Dan beberapa keunikannya adalah :

1. Plot Beda Dengan Durasi Panjang
Yaps, beda. 1 kata ini bisa ngewakilin semua aspek dalam film ini, termasuk plotnya. Ditulis oleh Dwain Worrell, The Wall bercerita tentang 2 orang tentara Amerika Serikat, Sersan Allen Isaac dan seniornya, Sersan Shane Matthews sedang mengintai daerah bekas pertempuran dimana para pasukan mereka mati ditembak oleh salah seorang sniper handal pasukan Irak hanya dengan satu tembakan akurat dikepala. Setelah cukup lama mereka memantau menggunakan teropong binocular dan teropong sniper mereka, sang Sersan pun maju kedepan untuk melihat kondisi lebih dekat, sementara Isaac tetap berada ditempat mereka.

Suasana yang awalnya sepi, hampa, kosong seperti hatiku ini, tiba - tiba berubah menjadi menegangkan ketika Sersan Matthews tertembak oleh sniper Iran tersebut. Isaac yang melihat kejadian tersebut langsung berlari menghampiri untuk menolong atasannya tersebut. Namun apesnya, dia pun ikut tertembak tepat dilutut sebelah kanannya. Untuk menghindari tembakan yang datang silih berganti, dia pun berlindung dibalik tembok bekas runtuhan sekolah yang dekat dari tempat sang Sersan tertembak. Dan dari situlah ketegangan film ini dimulai.

Kalo biasanya plot film perang didominasi tentang perebutan wilayah kekuasaan, tapi difilm ini enggak. Plot difilm ini berfokus tentang bertahan hidup. Gimana caranya 2 orang harus bertahan melawan 1 orang ditengah keterbatasan. Keterbatasan senjata, makanan, minuman, peluru, dan yang terutama tempat berlindung. Dan karena point serba keterbatasan inilah, penulis lebih mengutamakan dialog sepanjang film daripada aksi - aksi sangar seperti film perang lainnya. Penonton bakalan diajak buat larut membayangkan bagaimana kita kalau berada diposisi sang tentara. Perang psikologis sangat mendominasi sepanjang 90 menit

2.  Miskin Cast
Seperti di poin pertama, di poin ini juga kata "beda" mewakilkan dari jumlah cast dalam film ini. Kebanyakan film perang diperankan oleh banyak orang. Bisa 10 orang, 20 orang, bahkan sekelurahan diajak buat main semua. Tapi difilm ini, castnya cuma diperankan oleh 2 orang. Ya, 2 ORANG AJA. Bisa bayangin nggak 2 orang itu sebanyak apa? Gambarannya seperti ini


Yo'i. Garpu legend. Sahabat kita semua 👍👍

Jadi untuk film ini, pemerannya hanya dimainkan oleh 2 orang, yaitu Aaron Taylor-Johnson sebagai
Sersan Allen Isaac dan mantan pegulat WWE favorit saya, John Cena sebagai Sersan Shane Matthews. Nah, tapi kan ada musuh yang mana seorang sniper dari Irak? Berarti 3 orang dong harusnya? Memang kalau secara dialog ada 3 orang yang terlibat. Namun difilm ini, sang sniper tidak terlihat batang hidungnya dari awal sampai film selesai. Cuma suara aja yang terdengar melalui walkie talkie ketika saling berbicara dengan Isaac. Jadi bisa dibayangin, selama proses syuting, dia nggak pernah sama sekali datang ke set lokasi. Cuma suara rekamannya aja yang diplay sama sound engineer. Enak ya gitu doang dibayar mahal? Ngerekam suara kan nggak harus datang ke lokasi syuting. Bisa dikamar mandi, dirumah mantan, atau diatas atap pom bensin.

Trus extras sama pemeran pendukung lainnya gimana? Apa benar - benar nggak ada sama sekali? Secara teknis sebenarnya ada. Cuma, peran mereka hanya sebagai mayat yang udah ditembakin. Jadi sepanjang film, adegan mereka cuma tidur diatas padang pasir aja. Lagi - lagi enak kan? Adegan cuman merem doang?,

Namun, walaupun peran dalam film ini dimainkan hanya oleh 2 orang, tapi keseruan film dan intensitas yang dibangun antar pemain enggak kalah seru dengan film perang lainnya. Tapi tetap, keseruannya "beda" daripada film perang yang lain.

So ya, film ini bisa memangkas budget untuk pemainnya. Jadi bisa hemat biaya buat bayar pemain.

3. Hemat Budget Buat Nyewa Lokasi
Kalau kita lihat film - film pada umumnya, lokasi yang digunakan berbeda - beda tiap scene. Selalu berpindah - pindah dari scene satu ke scene lainnya. Ini digunakan penulis buat memperkaya adegan agar penonton enggak merasa bosan sepanjang film. Dan penyewaan lokasi adalah salah satu faktor yang membuat biaya produksi sebuah film mahal. Belum lagi buat bikin artistik pendukung untuk set locationnya. Terutama film perang yang memakai banyak adegan action.

Tapi, lagi - lagi. Kata "beda" mewakili dipoint ketiga ini. Difilm ini, cuma syuting di satu tempat aja. Ya, cuma di padang pasir. Set propertynya pun enggak banyak - banyak kayak film perang pada umumnya. Jadi lagi - lagi, menghemat biaya buat nyewa lokasi dan bikin set property.

4. Minim Adegan Namun Kaya Konflik
Dan inilah hal terbeda, terunik, terWOWlah pokoknya untuk film ini. Ya, dalam hal pengadeganan dan konflik yang ditimbulkan. Salut buat penulis dan sutradaranya 👍👏👏

Jadi apa yang beda dari film - film perang yang lain? Tembak - tembakannya? Adu strateginya? Teknologinya? Ya, semuanya benar. Tapi bedanya dalam pengertian yang lain. Bukan beda karena teknologinya lebih canggih, atau adegan tembak - tembakannya lebih seru. Tapi beda dalam arti sangat minim.

Ledakan sana sini enggak ada. Tembak - tembakan sana sini enggak ada juga. Apalagi adegan baku hantam antar tentara, mana ada. Pokoknya adegan bising - bising difilm - film perang umumnya nggak bakalan kalian temukan disini. Keheningan bakal menemani kalian semua sepanjang film.

Trus kalo enggak ada adegan berantem - berantem gitu, dimana serunya?? Oh tenang. Jangan galau, jangan gusar. Walaupun enggak ada adegan duarr!!..duarrnya!!.., tapi enggak kalah seru kok dari film - film sejenis Black Hawk Down, Dunkrik, dan sejenisnya. Tapi keseruannya beda. Kita sebagai penonton bakal diserang secara psikologis ketika nonton film ini. Karena seperti yang udah kubahas di poin pertama, film ini lebih menekankan dialog antar karakter. Adegan action yang dilakukan sedikiiitt buangeett.

Walaupun adegan actionnya sedikit bangeett, tapi konflik yang disajikan enggak kalah seru. Karena lebih menekankan dialog, jadi konflik perang psikologis benar - benar terasa sampai ke penonton. Dari dialog per dialog, kita diajak untuk mengikuti bagaimana emosi antar karakter. Isaac yang sudah mulai putus asa karena musuh nggak juga terlihat dan bantuan yang nggak kunjung datang, Shane yang udah pasrah akan kematiannya, dan sang sniper yang terasa sangat mengintimidasi kedua tentara Amerika. Satu persatu dari awal film menuju akhir dirangkai dengan penuh teka - teki oleh sang penulis. Petunjuk demi petunjuk mulai ditemukan. Dari siapa nama sang sniper, apa tujuannya, dari mana dia mengetahui nama 2 tentara tersebut, sampai posisi sang sniper. Dan ketika posisi sang sniper udah diketahui, intensitas cerita mulai meningkat lagi dimana Isaac akan berjuang pol polan buat mengakhiri semuanya.

Konflik cerita naik turun namun serba minimalis dalam segala sisi inilah yang membuat aku merekomendasi kalian buat nonton film ini. Terlebih lagi, kalian bakal tercengang dengan fakta asal muasal sang sniper Irak belajar tentang persenjataan.

Dan itulah aspek yang bisa kureview pada film ini. Skor untuk film ini dariku adalah 7,5/10. Sayang banget, walaupun review yang kubahas banyak nilai positifnya, tapi ending film ini yang bikin skornya nggak sampai 8. Padahal kalo endingnya dibikin sedikit pas, bisa perfect score film ini. So, selamat menonton, selamat menikmati film perang dengan atmosfir berbeda, dan kalau kalian punya pandangan lain tentang film ini yang berbeda dariku bisa tulis dikolom komen. Kalau menurut kalian skornya tidak sesuai dengan aku, gapapa kalian komen juga skor yang sesuai menurut kalian itu berapa.

Oke, sekian dulu yak perkenalan blogku ini. Nantikan postingan - postingan diblogku ini. Aku bakalan posting sebisaku, minimal seminggu sekali lah bakalan posting. Oke gaes, sampai jumpa dan salam super 🙌🙌

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ripiu Film "Sonic The Hedgehog"

BLOG BARU, SEMANGAT BARU!!!